skip to main |
skip to sidebar
Berbuat sesuatu
|
Guru sedang mengajar |
Akan saya kisahkan sebuah cerita. Anggap saja fiksi, biar kalian tidak
terbebani pikiran macam2. Sederhana saja kisah ini, menjurus klasik,
bahkan belum usai cerita, kita bisa menebak ujungnya.
Jadi,
pada suatu hari, ada sebuah acara yang digelar di aula besar sebuah kota
kecil. Dihadiri banyak orang, dihadiri oleh orang2 penting. Acara ini
khusus tentang memotivasi dan menginspirasi anak2 muda agar berbuat
baik. Maka biar afdol, dihadirkanlan tiga orang bintang tamu yang paling
brilian dari kota tersebut. Orang2 yang dilahirkan di kota tersebut,
dan sekarang sudah jadi orang sukses.
Yang pertama, beliau ini
sudah jadi dokter di ibukota. Lulusan kampus terkenal, jadi dokter di
rumah sakit terkenal, dan pasiennya banyak, menulis di kolom2 koran,
majalah, menerbitkan buku, sering muncul di televisi. Semua orang tahu
dokter ini--termasuk yang tinggal di kota lain, mendengar kisah
hidupnya, perjalanan panjang menempuh karirnya, membuat seluruh peserta
acara terpesona. Dokter ini bilang kota kecil mereka inilah sumber
inspirasi dia menjadi dokter, masa kanak2, masa sekolah di kota
tersebut. Bertepuk-tangan riuh seisi aula. Benar2 memotivasi dan
menginspirasi.
Giliran pembicara kedua, beliau ini seorang
pengusaha. Jatuh bangun jadi pengusaha. Kadang rugi, ditipu, bangkrut.
Tapi lebih sering dan tidak pernah berhenti untuk bangkit. Perusahaannya
banyak, ada di mana2, termasuk di kota mereka. Memberikan jalan rezeki,
pekerjaan bagi orang2. Pengusaha usia empat puluhan ini terkenal
dermawan dan baik hati. Mendengar kisah hidupnya membuat aula hening,
lantas kemudian ramai oleh tepuk-tangan. Pengusaha ini bilang, kota ini
juga adalah sumber motivasi terbaiknya, masa kanak2, masa sekolah di
kota tersebut.
Giliran pembicara ketiga, beliau ini pejabat
publik. Di koran2, banyak berita yang memuat tentang dirinya. Dan
terbalik dengan berita2 pejabat lain yang lebih banyak negatifnya,
beliau ini lebih banyak berita positifnya. Contoh politikus yang berbudi
dan peduli. Dia juga jatuh bangun jadi pejabat publik. Pernah difitnah,
pernah dituduh, intrik politik dsbgnya. Tapi dia selalu ingat nasehat
masa kanak2nya, agar jangan berhenti berbuat baik, maka dia memutuskan
menjadi politikus yang tangguh, tetap jujur. Karirnya sudah melesat
cepat, hanya soal waktu dia terus menanjak naik ke atas. Aula itu juga
ramai oleh tepuk-tangan.
Tiga pembicara sudah bercerita, dan
semua cerita mereka amat memotivasi dan menginspirasi peserta acara yang
rata2 masih anak muda. Sepertinya sesi tanya jawab akan segera dimulai,
beberapa sudah mengacung tidak sabaran hendak bertanya, tapi entah
kenapa moderator bilang, masih ada satu lagi pembicara penting yang
harus didengarkan. Aula terdiam, menatap panggung, dari pintu belakang,
muncul seseorang yang sudah sepuh, usianya tujuh puluh. Laki-laki,
rambutnya beruban, datang dengan pakaian amat sederhana, mengenakan
selop, memegang tongkat. Bapak tua ini mau bicara tentang apa?
Moderator dengan sopan meminta Bapak sepuh ini bercerita apa profesinya
selama ini. Aula masih hening. Bapak itu mengangguk, dia mulai
bercerita. Tapi ceritanya tentu saja tidak 'sehebat' tiga pembicara
sebelumnya. Dia pensiunan guru SD, sudah sepuluh tahun pensiun. Menjadi
guru sejak usia dua puluh, lulus SPG (setara SMA). Jadi honorer berpuluh
tahun, lantas diangkat jadi PNS di ujung2 pengabdiannya. Dia menjadi
guru yang baik, berusaha mengajar tepat waktu, berusaha peduli atas
murid2nya. Sekarang di usianya yang 70-an, dia tinggal berdua dengan
istrinya--yang sama sepuhnya. Anak2nya sudah besar, merantau ke kota
lain. Menghabiskan masa pensiun dengan damai dan tenteram.
Aula masih diam, lantas apa poinnya? Di mana letak motivasi dan inspirasinya bapak sepuh ini? Peserta saling toleh.
Pertanyaan itu tidak butuh waktu lama untuk dijawab. Ketika si dokter
bangkit, mencium tangan bapak2 itu, juga si pengusaha ikut mencium
tangannya, dan terakhir di si pejabat publik menangis, mencium
tangannya, maka penjelasan segera terbuka. Bapak sepuh inilah guru SD
mereka dulu, masa kanak2 yang penting, yang menanamkan budi luhur, kerja
keras, dan semangat belajar yang tinggi. Si pejabat publik berkata
pelan, "Setiap kali saya ingin berhenti menjadi politikus, saya selalu
ingat nasehat guru saya dulu, dia bilang, kita tidak berhenti berbuat
baik hanya karena satu dua masalah." Bapak sepuh itulah yang bilang
kalimat2 yang terus dikenang murid2nya.
My dear anggota page,
anggap saja kisah ini fiksi--meski sebenarnya, di luar sana, berserakan
contoh nyata hal ini (yang bahkan lebih mengharukan). Ambil pelajaran
terbaiknya, kita tidak perlu jadi presiden untuk bermanfaat, memotivasi
dan menginspirasi orang2 di sekitar. Kita tidak perlu menjadi orang2
yang bergelimang harta, pengetahuan, untuk bisa membantu, memberikan
jalan kebaikan bagi orang2 di sekitar. Bahkan seorang guru SD, yang
akhirnya pensiun dalam kesederhanaan, dia tetap bisa menjadi potongan
mozaik indah dalam kehidupan. Pun kalaupun dunia ini tidak mencatatnya,
pun kalapun kita tidak perlu menjelaskannya, dia tetap spesial,
istimewa. Karena sungguh, kemuliaan hidup tidak akan tertukar satu senti
pun.
Jadilah apapun, bermanfaat dan berahklak baik. Kitalah yang menjalani hidup masing2.
Copas dari Fb sebelah *Tere Liye
0 comments:
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))
Posting Komentar
Tuliskaan komentar anda dan percantik ekspresinya dengan menambahkan smiley emoticon dengan menuliskan kode yang ada disamping gambar icon dan kode lainnya yang biasa dipakai di Yahoo!Messenger. Jangan lupa pilih profile yang sesuai dengan diri Anda!
Syukron!