Senin, 01 Juni 2009

Pondok Pesantren Al-Amin Tasikmalaya; Tanamkan Belajar Sambil Usaha

Usia Pondok Pesantren Al-Amin Tasikmalaya memang masih muda. Namun bukan berarti tak mampu bersaing dengan pesantren lain. Dengan terampil, Pesantren ini menanamkan semangat belajar sambil usaha bagi para santrinya.

Sambil menyelam minum susu. Demikian peribahasa tepat bagi Pondok Pesantren Al-Amin Tasikmalaya. Pesantren yang baru berdiri di awal millenium ke dua yang terbukti mampu membaca perkembangan zaman.

Awalnya, Yayasan Pendidikan Islam Al-Amin, lembaga pendidikan yang berbasis Islam tersebut, hanya sebuah lembaga pendidikan bordir bernama "Tjiwulan Bordir". Dari sinilah cikal bakal kegiatan pendidikan di Al-Amin dimulai.

Berawal dari mimpi H. Zarkasyie, untuk membangun lembaga pendidikan berbasis Islam, maka dengan usahanya yang gigih dan dukungan dari para puteranya serta pertolongan Allah SWT., terwujudlah keinginan tersebut. Didirikanlah Pondok Pesantren Al-Amin pada tahun 2001. Setahun kemudian, disusul dengan berdirinya Madrasah Aliyah Al-Amin pada tahun 2002.

Berdiri di sebuah kampung terpencil bernama Cukang, kelurahan Tanjung, kecamatan Kawalu, Al-Amin yang dibesarkan oleh pengusaha, turut mendidik santrinya menjadi pengusaha. Tjiwulan bordir, Pondok Pesantren Al-Amin, dan Madrasah Aliyah Al-Amin secara utuh disatukan menjadi sebuah lembaga resmi yang diberi nama Yayasan Pendidikan Islam Al-Amin Terpadu.

Dengan kurikulum dan sistem pembelajaran yang terpadu, Al-Amin ingin mewujudkan cita-cita generasi unggulan yang siap membangun bangsa Indonesia. Konsep-konsep ajaran Islam yang sempurna dijadikan acuan pembelajaran dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kebersihan misalnya, menjadi salah satu sorotan utama dalam kehidupan sehari-hari. "Tidak hanya hafal ayat Al Qur'an dan hadits yang berkenaan dengan kebersihan, tetapi juga terus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari." Tegas KH Wawan Setiawan.

Disiplin juga menjadi icon penting bagi Al-Amin. Dimulai dengan menerapkan disiplin dalam melaksanakan sholat berjama'ah di mesjid, diharapkan seluruh warga YPI Al-Amin mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tiga Tipe Santri Al-Amin

KH. Wawan S. Mawawi, pimpinan Pesantren Al-Amien Tasik menjelaskan, secara umum ada tiga tipe santri di pesantrennya. Pertama, santri yang usai menyelesaikan pendidikan di pesantren, mereka tidak dapat meneruskan pendidikannya. Nah, mereka inilah yang kemudian diberdayakan lifeskillnya. "Kita tidak menginginkan setelah mereka keluar dari pesantren, menjadi pengangguran dan menambah angka kemiskinan bangsa ini." Tukas Kyai Wawan.

Kedua, santri yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi dalam negeri. Kyai Wawan menyatakan, Al-Amin tidak ingin santrinya hanya bisa bermimpi. Berbagai cara ditempuh oleh pengurus untuk menyalurkan santrinya ke jalur-jalur beasiswa, seperti PBSB yang kini digelar oleh Departemen Agama RI.

Ketiga, santri alumni yang ingin melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi luar negeri. Dengan mempersiapkan segala perbekalan dan persyaratannya, santri-santri ini diberikan bimbingan intensif untuk mewujudkan keinginannya. Misalnya, harus menghafal Al-Qur'an sesuai dengan syarat masuk perguruan tinggi yang diinginkan.

"Jadi dari ketiga tipe santri itu, tak ada satupun yang merasa termarjinalkan. Semua mendapat kesempatan dan porsi yang sama." Jelas Kyai Wawan.

Beribadah dan Berusaha

Menginjak tahun keempat sejak berdirinya MA Al-Amin, Al-Amin menetapkan pendidikan bordir sebagai salahsatu mata pelajaran dalam kurikulumnya. Seluruh warga khususnya siswa-siswi dibina dan dibekali pendidikan bordir.

Tujuan pengembangan keterampilan bordir, yaitu untuk mengarahkan santri supaya menjadi "santri pengusaha". Selain itu pimpinan Al-Amin berharap, seluruh siswa-siswinya mempunyai skill dan mampu menciptakan lapangan usaha kelak setelah keluar dari Al-Amin.

Al-Amin juga memberikan perhatian lebih terhadap aspek akademis. Melalui kegiatan LCT MIPA plus Agama Tingkat SMP/MTs/Sederajat yang dilakukan setiap tahun, Al-Amin berusaha menumbuhkan semangat belajar secara seimbang antara pendidikan ilmu umum dan pendidikan ilmu agama, meskipun, kata Kyai Wawan, sebenarnya tidak mengakui dikotomi ilmu pengetahuan.

Dengan sistem pendidikan yang terpadu ini Al-Amin mengharapkan para alumni mampu menjawab tantangan zaman. Dibekali dengan ilmu pengetahuan yang benar dan keimanan yang kuat ditambah dengan keahlian yang memadai. (*/alib)

Informasi Serupa



Widget by Hoctro | Jack Book

0 comments:

Posting Komentar

Tuliskaan komentar anda dan percantik ekspresinya dengan menambahkan smiley emoticon dengan menuliskan kode yang ada disamping gambar icon dan kode lainnya yang biasa dipakai di Yahoo!Messenger. Jangan lupa pilih profile yang sesuai dengan diri Anda!

Syukron!